Muncul banyak persoalan pelik di negara kita, Indonesia, akhir-akhir ini. Persoalan demi persoalan terus mendera dan mengancam kebhinekaan bangsa ini. Persoalan sosial menjurus perseteruan politik antarsesama anak bangsa bergesekan terus hingga menimbulkan kegaduhan di masyarakat luas.
Beberapa catatan seperti ujaran kebencian yang dilakukan Edi Mulyadi yang berhadapan dengan masyarakat Kalimantan, celotehan politikus Arteria Dahlan yang bersinggungan dengan masyarakat Sunda, sampai persoalan yang menyeret Menag (meteri agama) Yaqut Cholil Qoumas akibat pernyataan soal pengaturan suara Toa di masjid yang kini viral, telah terjadi dan tak terbantahkan faktanya. Ada persoalan serius di negeri ini!
Pun juga sebelum ini, viral pelaporan terhadap dua putra Presiden Joko Widodo, Gibran dan Kaesang, oleh dosen UNJ yang juga aktivis 98 Ubedillah Badrun ke KPK. Ditambah soal ustaz Khalid Basalamah yang komentarnya soal wayang menyinggung masyarakat Jawa atau pecinta wayang, kian menambah panjang daftar kegaduhan di negeri Nusantara ini.
Tentu berbagai persoalan ini membuat gelisah, gundah, sampai memicu pertanyaan; ada apa bangsa dan negara kita ini? Sebegitu mudah masyarakat kita berseteru? Begitu gampang masyarakat kita emosional hingga seringkali berbuntut saling melapor antarsesama anakbangsa ketika ada perbedaan pendapat?
Sejujurnya masih banyak lagi pertanyaan yang mencuat di tengah pandemi Covid-19 akibat persoalan-persoalan itu. Bahkan seabrek tanya bakal terus menggema saling bersahutan ketika masing-masing elemen masyarakat berprinsip dirinya atau kelompoknya yang paling benar.
Nah, menjawab berbagai pertanyaan itu tidak mudah. Akan sulit menafsirkan satu persoalan ke persoalan lain hubungan dan garis merahnya. Satu persoalan tentu beda terapi dan penanganannya dibanding persoalan yang lain.
Jadi teringat pernyataan Prabowo Subianto kala beradu kiprah dengan Joko Widodo dalam pemilihan presiden (pilpres) lalu. Prabowo yang sekarang Menhan (menteri pertahanan) RI saat kampanye sempat menyampaikan Indonesia bakal punah.
Lantas apakah kondisi yang tergambarkan akhir-akhir ini yang dimaksud dengan kepunahan Indonesia? Lagian beberapa bulan terakhir tepatnya akhir 2021 juga muncul gagasan adanya pemecahan wilayah menjadi provinsi baru bisa diartikan awal dan pemicu dari kepunahan negeri dengan asumsi serta opini negara akan mudah tercerai berai akibat makin banyak provinsi?
Pasti rakyat tidak ingin itu terjadi. Rakyat pasti sangat ingin hidup berdamai dengan saling mengasihi seperti ajaran semua agama serta Pancasila sampai kapan pun agar kebhinekaan tetap terjaga utuh jauh dari ancaman.(*)