Corona virus (Covid)-19 tetap ada dan terus mengancam. Pekan ini malah menjadi-jadi. Paling tidak, di Surabaya, ancaman virus yang mematikan itu memerahkan kota yang dipimpin wali kota Eri Cahyadi.
Tegasnya, pekan ini Kota Surabaya diberitakan berpredikat zona merah setelah diketahui ada 48 RT (rukun tetangga) yang warganya terpapar Covid-19. Itu pun lebih dari satu kasus.
Tak hanya itu, setelah Ketua DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Surabaya Adi Sutarwijono positif terkena virus corona, kini giliran Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga mengalami hal yang sama. Bahkan, kali kedua. Wow…
Terakhir Ketua DPRD Jawa Timur Kusnadi juga dikabarkan terpapar Covid-19, maka makin meneguhkan kota berjuluk Kota Pahlawan belum terbebas dari ancaman Covid-19 yang terus meneror kehidupan masyarakat.
Kabar-kabar itu sulit dibantah karena ada fakta. Kabar-kabar itu layak dibenarkan karena ada korban. Kabar-kabar itu juga dapat dimengerti, karena data yang disajikan pihak berkompeten menegaskan demikian.
Tapi kenapa di masjid-masjid, di pasar-pasar, di tempat-tempat hiburan, di mal-mal, di tempat-tempat wisata atau tempat-tempat lain yang notabene terjadi banyak kerumunan masih longgar dalam penerapan protokol kesehatan. Boleh dicek di lapangan.
Lantas timbul pertanyaan, apakah Covid-19 yang dikabarkan memunculkan varian baru benar-benar ada? Kalau ada, apa itu jadi alasan gejolak bagi warga Madura belum lama ini? Atau masyarakat kita sudah mulai jenuh dengan teror virus yang awal munculnya dari Wuhan, China?
Berbagai pertanyaan itu tak mudah untuk dijawab. Pemerintah pun dengan gigih dan tak bosan melakukan upaya pencegahan mengajak masyarakat untuk terus waspada terhadap serangan virus ini agar mematuhi protokol kesehatan secara simultan.
Terlihat pula aparat keamanan tak surut membantu dalam penanganan pencegahan serangan virus ini secara serius dan terukur. Terbukti, mulai mencanangkan sampai melaksanakan program Kampung Tangguh. Semua dilakukan tanpa batas. Tenaga, pikiran, dana, semua digelontorkan demi menjaga kesehatan masyarakat.
Tapi, semua itu ternyata belum menjawab kapan berakhirnya teror Covid-19 ini. Padahal triliunan rupiah sudah digerojok untuk mengatasinya. Lalu apa yang salah? Sementara China, negara yang awal terkena serangan corona virus, tidak lagi mengalami tragedi seperti di negeri ini. Ironis.(*)