Malang, Memorandum.co.id – Inovatif dan kreatif menjadi kunci sukses berbisnis. Dengan mencoba beragam model pembuatan kopi, akhirnya Siswanto (50), menemukan sejumlah varian kopi. Tentunya, dengan beragam varian rasa dan harga.
Semangat Siswanto semakin membara seiring dengan kehadiran Perum Jasa Tirta (PJT) I sebagai bapak asuh sekaligus memberikan pendampingan dan pembinaan.
Ditemui di rumahnya, Dusun Gagar, RT 17/ RW 07, Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, ia mengisahkan perjuangan mengolah kopi.
Bersama istrinya, Yetik Ratna Ningsih, rumahnya sekaligus disulap menjadi gerai kopi hasil karyanya. Varian kopi inovasinya ini diberi nama khas, yaitu bubuk kopi murni ‘Selo Parang’, yang berarti batu tebing.
Pasutri dengan satu anak ini menjelaskan awal mula berbisnis kopi. Sambil sesekali menyeduh kopi racikannya, ia menceritakan suka duka bergelut di minuman jenis kopi. Tentunya, tidak langsung sukses dengan cita rasa kopi yang diharapkan seperti saat ini.
“Saya mulai menanam kopi sekitar tahun 2019. Di lahan sekitar 2 hektar. Setelah usia sekitar 2 tahun, mulai berbuah dan bisa dipanen. Dalam menanam kopi, tidak dalam satu usia yang sama sehingga bisa nyambung dan berkelanjutan saat panen,” terang Siswanto saat ditemui, di rumahnya, Sabtu (10/06/23).
Namun, lanjut Siswanto, hasil panen tidak selalu seperti yang diharapkan. Dan hal itulah yang menjadikan dirinya terus berfikir dan belajar. Dan ternyata, dari pembelajaran dan kreasinya, malah menghasilkan kopi seperti yang diinginkan.
Inovasinya terus dilakukan hingga menghasilkan cita rasa kopi yang khas dan digemari masyarakat.
“Panen pertama itu, hasil kurang memuaskan. Kopinya kecil kecil. Karena itu, saya dan teman-teman, berfikir untuk menaman beragam jenis kopi. Bahkan, mengkloning kopi dengan jenis kopi lain,” tuturnya menceritakan.
Siswanto menambahkan untuk hasil kopi dengan cira rasa khas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Mulai dari pemilihan biji kopi, metode pengeringan bahkan sampai pada proses sangrai atau penggorengan.
Hingga sekitar tahun 2021, ia mengaku ada komunikasi dengan Perum Jasa Tirta I. Dalam hal ini adalah komunikasi masalah pinjaman permodalan. Bahkan, menjadi binaan BUMN yang bergerak dalam pengelolaan sumber daya air sungai tersebut. Bantuan pinjaman itupun, kemudian dimanfaatkan dengan baik. Selanjutnya, diwujudkan dalam bentuk mesin sangrai kopi.
“Banyak metode memasak kopi yang kami lakukan. Setiap hasil kami coba rasanya. Ketika belum menemukan cita rasa yang pas, maka kami ulang dengan modifikasi dan SOP tertentu. Sehingga, kini hasil rasa, sudah bisa dinikmati. Dan kami tentu bersyukur, dapat bantuan dari Jasa Tirta. Sangat membantu dalam percepatan produksi. Bahkan disupport juga dalam metode pemasaran,” imbuhnya.
Sebagai istri, Yetik Ratna Ningsih sangat mendukung tekad suami dalam berbisnis. Terlebih adanya bantuan dari Jasa Tirta sehingga memiliki mesin sangrai yang mempercepat dalam penggorengan kopi. Tidak terkecuali secara tenaga, juga sangat ekonomis dan terbantu.
“Kalau dengan mesin, untuk sekitar 6 kilogram kopi membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Setiap hari, mampu sangrai sekitar 50 kilogram. Dan akhirnya, saat ini bisa melayani jasa sangrai dari masyarakat. Mulai dari kopi murni hingga campuran, kedelai dan kacang,” katanya.
Saat ini, sejumlah varian kopi telah berhasil dikembangkan. Mulai Kopi Robusta Fermentasi, Kopi Lanang, Kopi Arabica dan Kopi Exelsa. Tentunya, dengan harga yang bervariasi. Mulai Rp120 ribu hingga diatas Rp200 ribu untuk setiap kilogramnya.
Pasutri ini berharap ke depan Jasa Tirta bisa mensupport lagi. Sehingga, usahanya terus berkembang dan makin diminati masyarakat luas. Kini, pemasaran kopi miliknya, telah merambah di berbagai daerah di Malang Raya serta di luar daerah.
Sementara itu, Direktur Operasional Perum Jasa Tirta I, Milfan Rantawi mengapresiasi kemandirian pelaku UMKM binaannya. Dengan begitu, roda perekonomian semakin berjalan dengan baik, tingkat kesejahteraan juga meningkat.
“Kami tentu apresiasi dengan keteguhan pelaku UMKM. Kopi Selo Parang milik pak Siswanto ini, memang patut disupport. Dengan kemandirian yang dilakukan, akan bisa menduplikasikan ke pelaku usaha yang lain. Bahkan, dengan kreasinya bisa membuat naik kelas,” harapnya.
Salah satu tugas BUMN, kata dia adalah mendorong pelaku usaha agar terus berkembang. Dengan memfasitasi pemasaran seperti expo pameran menyemangati UMKM dan lainnya agar terus berkembang untuk menembus beragam kelas pasar.
“Setiap tahun, kami selalu memberikan slot untuk pelaku usaha. Namun, mulai tahun 2022, semuanya dalam pengelolaan BRI. Dan hingga saat ini, telah ada sakitar 400 UMKM yang menjadi binaan. Tentunya, mereka tersebar di berbagai wilayah kerja Perum Jasa Tirta I,” terangnya. (edr/gus)