Teflon Luhut

oleh -425 Dilihat

IA begitu sukses menjadi panglima hilirisasi nikel. Ia pun akan jadi panglima di hilirisasi bauksit. Juga hilirisasi petrochemical dan fiber glass.

Sejak masih muda saya sudah terlibat diskusi aktivis: mengecam pemerintah yang hanya bisa ekspor bahan mentah. Yang lagi top waktu itu: kayu gelondongan dan rotan. Ekspor langsung dari hutan.

Aktivis hanya bisa demo. Pengusaha terus saja membabat hutan. Itulah sumber kekayaan baru di awal Orde Baru: orang menyebutnya emas hijau. Gelombang orang kaya baru bermunculan dari kayu hutan. Tidak pernah ada pemikiran hilirisasi kayu gelondongan. Pun sampai hutannya habis.

Rasanya di zaman itulah lahir gelombang pertama orang kaya baru di Indonesia. Di zaman Orde Baru. Menjadi kaya dengan cara yang mudah.

Sebelum itu memang ada zaman kopra. Di akhir Orde Lama hingga awal Orde Baru. Tapi kopra berasal dari jerih payah manusia. Pohon kelapa harus ditanam. Buah kelapanya dijadikan kopra. Lalu diolah jadi minyak goreng.

Sedang kayu gelondongan tinggal babat hutan. Modal yang paling mahal mungkin hanya untuk uang sogok ke pejabat pemberi izin.

Boleh dikata nikel adalah kisah sukses pertama hilirisasi hasil bumi Indonesia.

Memang UU yang melarang ekspor bahan mentah dilahirkan di zaman SBY. Pun peraturan pelaksanaannya. Tapi era Presiden Jokowi-lah yang berhasil memaksakan hilirisasi itu terjadi.

Saya ingat pertemuan kami bertiga: Menteri Perindustrian Mohamad S. Hidayat, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, dan satu menteri lagi tadi. Kami membahas batas waktu yang hampir habis dari UU tersebut. Tinggal beberapa bulan. Harus dilaksanakan.

UU memang memberi kelonggaran waktu 2 tahun. Artinya waktu yang diberikan hampir habis. Bisnis nikel belum ada yang siap. Belum satu pun pabrik smelter jadi. Ini mau diapakan.

Kami hanya bertiga. Tidak saling membawa staf. Kami bertiga satu ide: tidak boleh ada kelonggaran. Tidak boleh ada dispensasi. Hilirisasi harus terlaksana. Tidak akan ada perpanjangan.

Heboh. Tidak mungkin. Mana bisa membangun smelter baru dalam 6 bulan. Para pengusaha minta dispensasi: agar tetap boleh ekspor tanah-air berisi nikel. Termasuk BUMN seperti PT Antam.

Tapi kami bertiga bergeming. Presiden mendukung kesepakatan kami. Ekspor bahan mentah pun terhenti. Entah kalau ada permainan di baliknya.

Tidak mudah memaksakan hilirisasi. Harus kerja keras. Ekspor kayu gelondongan dan tanah-air berisi nikel tidak perlu kecerdasan. Maka saat terjadi heboh-heboh pembangunan smelter nikel di Morowali saya bersimpati kepada Luhut. Tantangan begitu besar. Tidak ada hal besar yang bisa dilewati dengan mudah. Kini smelter menjadi pioneer hilirisasi hasil tambang.

Luhut pun membuat kejutan baru: ekspor bahan mentah bauksit segera dilarang. Tahun ini juga. Hebohnya tidak lagi seperti nikel. Dunia usaha sudah tahu: pemerintah tegas. Tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tidak akan ada dispensasi.

Saya ingat, dulu, begitu UU dilahirkan, pengusaha tenang-tenang. Anggapan mereka: pasti ada dispensasi. Apalagi kalau pengusaha kompak: tidak ada yang membangun smelter. Pemerintah pasti takut kehilangan devisa dari ekspor bahan mentah.

Sikap pengusaha seperti itu kini tidak ada lagi. Saya lihat sendiri di lapangan. Di Kalbar. Kota Pontianak begitu sibuk. Hotel penuh. Banyak sekali pengusaha yang sedang menyiapkan smelter bauksit di sana. Kalbar akan segera menjadi pusat pengolahan bauksit. Pun ketika daerah itu belum punya cukup listrik. Mereka bersiap membangun pembangkit listrik sendiri. PLN harus cepat-cepat berlari. Agar tidak ketinggalan langkah di Kalbar.

Luhut telah menjadi sosok pemimpin yang tegas, tahan banting, ngotot, tidak mudah goyah –yang dalam kamus politik bisa disebut sosok seperti teflon.

“Saya kan sudah tua. Batak. Kristen. Jadi tidak ada yang mem-bully saya sebagai orang yang berambisi jadi presiden,” ujarnya suatu ketika.

Bersamaan dengan bauksit itu Luhut lagi bersikeras membangun petrochemical dan fiber glass. Salah satu yang paling besar di dunia: di Kaltara.

Industri itu akan menghasilkan 60.000 jenis turunannya. Semua berupa bahan baku utama industri zaman baru. Di situlah jenis-jenis material baru akan dihasilkan. Lengkap. Sekaligus semua bahan baku yang diperlukan industri baru.

Sampai hari ini hampir semua bahan baku itu masih harus diimpor. Masih sampai 95 persennya. Itu yang tidak akan terjadi lagi. “Belum pernah Indonesia akan seperti ini,” katanya.

Dari Kaltara itulah nanti sumber utama pertumbuhan ekonomi negara. Bukan lagi bersandar pada pertumbuhan tradisional lagi. Daru situlah Luhut berencana mengatrol pertumbuhan untuk tidak lagi di kisaran 5 persen setahun.

Di mata Luhut, masa depan Indonesia sangat cerah. Tapi semua itu harus terlaksana.

Presiden Jokowi lebih jauh lagi: momentum itu belum tentu akan ada lagi. Ia mengingatkan apa yang terjadi di Amerika Latin. Sampai hari ini pun tidak pernah lagi mendapatkan momentum itu. Lalu jadi negara-negara yang terjerat memuter-muter di situ-situ saja.

Saya jadi paham mengapa ada isu tiga periode. Lalu ada isu cawe-cawe yang kini telah jadi bahasa politik nasional. (*)

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan*

Edisi 4 Juni 2023: Kodok Pasuruan

 

Amat K.

Lima belas malam purnama Emboen pagi terlihat gembira Musababnya angin malam emboen dan rintik-rintik hoejan kembali bersua Bahagianya emboen menjalar menularkannya pada semesta Adalah burung berpentas dendang gembira Rumput ilalang ikut bergoyang Ulat-ulat menggeliat tandanya senang Di pojokan rerantingan Semut-semut bercengkrama sesekali tertawa Ah indahnya…. Terbayar lunas sudah segala duka soalan dunia Paling tidak sejenak lupa

 

Chei Samen

Emboen senyum sendiri, melipat pria bersarung lagi, udah nukar seni, bersarung si-batik isteri, apa lali, atau enak gonta-ganti, kerna tadi malam ada hajatan sang ibu pertiwi, menambah penerus generasi. Sarung jadi saksi, nambah zuriat lagi!

 

Riyono ,SKP

Embun Pagi,Nunut netes di sini. Cinta dikejar,cinta berlari. Cinta ditebar cinta diraih. Mencari cinta ,menghilang cinta. Memberi cinta ,mendapat cinta. —-Mudah-mudahan Atho’ilah yang bukan Assakandari paham— 😉

 

Echa Yeni

#Ikut” melu” Embun. Embun pagi Mengapakah “jiwa yg suci” itu suka mengotori “diri”. Saat pagi datang dan petang menjelang Salah dan dosa itu masih terus t/b erulang. Yah itulah sodara” tandanya anda masih Urip.sbelum nanti hilang U(sia/mur)nya tinggal RIP.

 

Er Gham

Berburu emboen di pagi hari. Sewaktu kecil, dekat rumah ada lapangan bola kampung. Setiap pagi, pasti ada emboen di rumputnya. Asal tidak hujan malam harinya. Rumput disepak sepak tanpa alas kaki. Sekarang tiada lagi emboen di pagi hari. Bumi sudah semakin panas katanya.

 

Jimmy Marta

Arena Elingpiade akan lebih sempurna jk disekitaran dibuat bazar makanan tempoe doeloe : Getuk Onde-onde Pastel Klepon Apem Cucur Lemper Wingko Carakbikang Serabi Lumpia Nagasari Dst Dll..

 

Otong Sutisna

Indahnya di kampung dulu kolam ikan, berfungsi sebagai tempat BAB, airnya dari pancuran yang mengalir dari sumber mata air di atas bukit, sekaligus tempat mandi bersama. waktu kecil, beol aja bawa berkah, di kolam Wak haji….sambil melamun, eh mancing…di depan ngintip orang mandi…

 

imau compo

Emboem pagi sdh hampir habis tapi biarlah sore nanti aku tunggu emboen malam. Meskipun jarang dikaitkan dengan emboen, sore juga sering indah. Salah satnya, sore itu, sangat indah, malah. Di kampung Dangiang, Banjarwangi, Garut, sore yg mulai dingin. Kami menyantap singkong bakar, ya….cuma singkong bakar. Sangat enak. Sambil menatap puncak gunung yg terlihat jelas, terasa malam terlalu cepat datang karena indah selalu terasa singkat. Jadi terpikir, tidakkah singkong bisa jadi substitusi pangan saat ini? Dulu, waktu kecil, saya sarapan singkong dimakan dengan ulegan kelapa yg diberi cabe, sebagai sambal. Enaaaak. Apakah food estate yg trilyunan yg dibangunnya menanam singkong juga? Sepertinya tidak. Singkong ini bagaikan lagu koes plus, dilemparkan pun di bumi nusantara ini akan tumbuh.

 

Juve Zhang

Permainan anak kecil SD zaman dulu yg seru itu lapangan badminton yg garis lurus dan melintang selalu dipakai dua grup yg saling mengecoh lawan untuk sampai dan kembali ke titik start, belum ada tandingannya permainan ini entah nama nya apa. Di Jabar disebut Baren. Entah di Jateng. Raja Raja kecil waktu SD atau Jawara jawara kecil selalu menjaga garis lurus, karena itu yg paling sulit. Jawara jawara kecil ini yg waktu gedenya mungkin jadi jawara beneran atau jadi jenderal beneran.hulubalang jaga garis melintang yg lebih mudah dijaga. Selamat ber nostalgia dengan lapangan bulutangkis yg jadi permainan legenda anak SD zaman purbakala.

 

Alfi Nur Afifah

Dulu waktu pas masih kecil saya selalu mengucap dalam hati”kapan ya cepat besar, supaya cepat menikah dan punya anak” Tapi sekarang pas udah besar malah bilang “rasannya pingin balik ke masa kanak-kanak lagi, supaya tidak harus melewati pahitnya kehidupan” Seandainya waktu bisa diulang. Pingin banget bisa kembali ke masa kecil. Seperti nya jadi anak kecil itu gk ada beban hidup sama sekali… Tiap pulang sekolah selalu main di lapangan dolanan lompat tali bareng konco, jumpritan ,dakon, monopoli, bola bekel, dolanan binder, gobak sodor, Dolanan karambol…. Feedback masa kecil itu ternyata senangnya bukan main …… #IAI Al-Khoziny Buduran Sidoarjo

 

Juve Zhang

Kebanyakan main itu yg sering melupakan realita. Pahit kopi tinggal tambah gula, beli gula perlu duit ,cari duit itu pahit. Lingkaran setan. awalnya pahit ujungnya pahit. Jia You !!!!!

 

imau compo

S\ya pikir dari India. Orang-orang di Chenai saya saksikan pakai sarung tidak sebatas lingkungan rumah.

 

yea aina

Bermain melatih kemampuan berimajinasi anak-anak, hingga sarung dengan lipatan tertentu diimajikan berbentuk kodok. Ada juga permainan kombinasi lipatan kedua telapak tangan membentuk bayangan menyerupai “apapun” sesuai imajinasi anak. Kepala jerapah, bebek, gunting dll. Menurut mbahnya teori relativitas: imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Karena pengetahuan terbatas, sedangkan imajinasi seluas langit dan bumi. Bahkan imajinasi mampu membawa kita dari A kemanapun, sedangkan nalar hanya membawa kita dari A menuju B saja.

 

Liam Then

Masa kecil kami di Pontianak , ada musimannya, dari musim maen gambar sampai musim rambutan. Musim sepak bola, kasti, layangan, maen peletup bambu, peletup “sentrum” (pakai kepala jari-jari sepeda, diisi mesiu korek), maen yoyo, gangsing, dsb. Kurang lebih mungkin sama dengan permainan rakyat lainnya. Ada satu permainan yang paling ingat, namanya “tapok kaleng” biasanya permainan ini kami mainkan di kebon rambutan seluas 4-6 lapangan sepak bola. Pemaen bisa 3-15 orang ,makin banyak makin seru. Sepuluh kaleng susu kami susun membentuk piramid diatas tanah. Kemudian kami hompimpa, menentukan tim jaga, dan tim serang. Tim jaga bertugas menjaga sususan kaleng, tim serang tugasnya pertama kali pencar sembunyi, dan hanya boleh menyerang ketika sudah ada satu teman tertangkap (ditemukan tempat persembunyiannya), tumpukan kaleng hanya boleh diserang dengan tendangan kaki. Bayangkan, serunya, di kebun rambutan seluas itu, kami harus sembunyi, atau mencari, bagi tim penyerang lebih seru lagi, sudahlah harus sembunyi, tidak tertangkap, tapi harus mendekati tumpukan kaleng tanpa kelihatan tim jaga, yang biasa meninggalkan satu-dua orang disana untuk menjaga tumpukan kaleng. Agar tidak dirobohkan. Klaim menangkap dengan menyebut nama tidak bisa di tetapkan pada anggota tim penyerang menyerang tumpukan kaleng, radius 20m , mereka harus ditangkap dengan menyentuh fisik. Jika tumpukan kaleng berhasil dirobohkan, permainan reset yang tertangkap dibebaskan, mulai lagi dari awal.

 

Johannes Kitono

Hampir saja terkecoh. Ternyata Kodok Pasuruan tidak ada hubungannya dengan Swieke. Makanan enak kodok batu cah sayur asin di Cibulan daerah Puncak atau Djatiwangi.. Tidak jelas kenapa tidak disebut Katak padahal yang bisa disajikan di meja makan justru Katak ( Sak Lon ) dan bukan Kodok.Jadi Katak yang disembelih dan Kodok yang dapat nama. Daerah Jawa Timur memang penghasil Bullfrog yang dibudidaya dengan pakan pelet. Setiap pagi Bullfrog budidaya akan bernyanyi minta sarapan pagi. Suaranya tidak melengking tapi datar seperti Bass.Setiap enam pasang pahanya sekitar 1 kg dan merupakan komoditas ekspor. Konon, ketika Presiden Soeharto lagi ngidam pengin makan Swieke..Hopeng Chinesenya asal Semarang bersama adc AU langsung terbang dengan pesawat kecil ke Jatiwangi. Silahkan hitung berapa cost seporsi Swuike asal Jatiwangi disajikan di Cendana.

 

Liam Then

Saya dulu adalah pecandu game online petualangan, umur 20-an masih jadi pengunjung setia kafe warnet. Dipikir-pikir, dulu menyesal tidak diberikan bimbingan. Saya analisa sendiri belakangan ini, efek bermainan game online, baik yang bunuh-bunuhan, petualangan , dlsb. Sangat negatif bagi mental dan psikologis, game online dirancang,supaya pemain menghabiskan waktu bermain sebanyak mungkin. 5-6 jam atau bahkan semalaman sudah wajar. Pada beberapa kasus akut di Korsel, China dan Jepang. Ada pemain game online yang mati di meja komputer, karena kelelahan setelah 2-3 hari bermain, tanpa istirahat. Efek negatif bermain game online, saya analisa ,sesuai pengalaman pribadi adalah sbb : Di game online ,”item” kepemilikan gampang didapat, beberapa di buat langka, agar jadi rebutan. Meskipun pada dasarnya ada beberapa game yang membutuhkan kerja sama, organisasi dan sebagainya , efek “drop-an item” ini mempengaruhi sampai alam bawah sadar. Di kehidupan nyata kita harus bergerak, berjuang untuk mendapatkan “drop-an item”. Tingkat kesulitannya puluhan kali lebih sulit dari mendapat “drop-an item” dari game, yang bisa diselesaikan dengan “charging koin” memakai uang ,membeli item yang di rilis oleh provider. Terpotong dari siklus kehidupan nyata, real time membuat perasaan asing yang membuat orang yang kecanduan game online, cenderung selalu ingin kembali bermain ,masuk ke dunia game online. Ambisinya jadi ada dan intens di dunia maya, energi dan waktu jadi terbuang sia-sia.

 

Jokosp Sp

Saya sebenarnya sih ngusulin ke Abah, tapi malu siapa tahu gak dikasih betulan ke @Kang Syabar. Tapi Abah ini selalu ngingetin ke kita, pas kapan itu ngomong sarung Samarinda. Dan sekarang ngomongin sarung kodokan. Tapi kenapa kalau ngomong sarung kok asosiasinya ke sarung Samarinda, apakah karena Abah sudah mendapatkan Poetri Djoenjung Boeih yang dari Banjar itu?. Kalau saya sih dah biasa pakai sarung Samarinda, cuma kelasnya belum yang tenun asli, takut sholatnya jadi gag khusuk karena ada bau pamer ( ngeles bahasa tidak bisa beli yang asli ). Pas pakai itu tulisan Sarung Tenun Samarindanya terlihat jelas sama yang sholat di belakang kita…….ampun. Syabar dulu ya Kang mudahan mimpinya, eh harapannya terkabul suatu saat. Jangan sampai terjadi lagi incident malam jum’at nya. Bunyi sarung sobek itu bisa membangunkan yang di kamar tetangga saking tinggi nadanya…SRRRRRRRRRRUUUUEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTT. Bisa salah persepsi nanti.

 

Handoko Luwanto

Sepertinya ungkapan “dolanmu kurang adoh” sekarang punya sinonim, yaitu “dolanmu kurang jadul”. “Dolanmu kurang adoh/jauh” berkonsep ruang. “Dolanmu kurang jadul” berkonsep waktu. Sama-sama merujuk ke kurang pergaulan/wawasan.

 

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

 

Visited 2 times, 1 visit(s) today

No More Posts Available.

No more pages to load.