ANDA SUDAH TAHU gelar lama Aceh, tapi saya baru tahu gelar terkininya: Kota 1000K. Seribu (Kedai) Kopi.
Saya pun mengadakan riset sederhana. Respondennya para profesor, doktor, ustad, dokter PPDS penyakit dalam, mahasiswa, dan mahasiswi. Merekalah yang mengajak saya ke ”seribu” kedai kopi di Banda Aceh: Jumat-Sabtu lalu. Siang dan malam. Subuh dan senja.
Saya tanya mereka: gelar mana yang kini lebih populer. Serambi Makkah atau Seribu Kedai Kopi. Hanya satu yang menjawab Serambi Makkah. Yakni seorang ustad lulusan Gontor. Setengah baya. Sang ustad kini mengasuh beberapa pondok alumnus di sana. Pondok Alumni adalah sebutan untuk pesantren yang didirikan alumnus Gontor, Ponorogo. Istrinya cantik dengan i lima –dokter spesialis pula.
Pun saya harus ke kafe. Ketika hari itu saya harus IG-live dengan Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya. Hari itu adalah Hari Donor Kornea se Dunia. Begitu banyak orang buta yang harus ditolong. Begitu langka kornea yang bisa didapat.
Dokter ahli pun menjadi kurang ahli: kurang sering mempraktikkan ilmunya. Lalu kita mencela dokter kita yang kalah dari luar negeri. Padahal kitalah yang membuat para dokter itu kurang ahli.
Kita punya doktrin agama yang kurang pro transplantasi: tidak boleh menyakiti mayat. Entah bagaimana riwayatnya mayat yang sudah tidak bisa merasa apa-apa dianggap masih disakiti saat diambil organnya.
Masih pula ada anggapan umum ini: mayat yang mendonorkan mata akan rusak wajahnya. Bola matanya dicungkil. Bolong. Jelek. Mengerikan.
Tentu anggapan itu tidak benar. Yang akan didonorkan hanyalah lapisan sangat tipis di luar bola itu. Tidak akan mengubah tampakan wajah mayat sedikipunt. Saya harus bicara itu di IG live.
Saya pun dibawa ke satu kafe. Penuh. Bising. Tidak bisa IG-live di situ. Pindah ke kafe lain. Sama. Begitu banyak kafe. Penuh semua.
Saya ingat teman saya: juga punya kafe. Namanya Rumah Aceh. Saya minta pindah ke sana. Sepanjang perjalanan mata saya jelalatan: kafe di kanan, kafe di kiri, kafe di mana-mana.
Kafe Rumah Aceh itu milik Mirza, wartawan independen merangkap dosen hukum. Kalau pun di lantai bawah nanti penuh, bisa di lantai atas. Pun kalau atas penuh bisa di teras belakang.
Akhirnya saya diberi ruang khusus: kantor media online-nya di bangunan sebelah. Kapling ini memang luas: 2000 m2. Bagian depannya bangunan rumah asli Aceh: rumah kuno yang dipindah ke situ. Rumah di pedalaman diboyong ke kota. Rumah kayu. Dua lantai. Khas Aceh.
Saya sudah ke situ kemarinnya. Ngobrol politik. Ayah Mirza adalah tokoh politik utama di Aceh. Saya sudah membaca buku biografi sang ayah. Berlinang air mata. Istrinya meninggal saat ia persis dipecat Aburizal Bakrie dari jabatan ketua Golkar Aceh. Lalu dicopot pula dari jabatan wakil ketua DPRA.
Sang ayah, Sulaiman Abda, lantas membangun musala di belakang Rumah Aceh itu. Nama sang istri diabadikan menjadi nama musala. “Ini Taj Mahalnya ayah,” ujar Mirza. Di situlah sang ayah menghabiskan malam-malamnya. Sampai sekarang. “Ibu saya mungkin wanita tercantik di seluruh Aceh,” ujar Mirza. Juga cerdas. Lahir batin. Dia master pendidikan. Menderita kanker kandungan –dan tidak ingin suaminya tahu.
Dua kali ke kafe ini, dua rasa kopi saya coba. Sebagai bukan penikmat kopi saya tidak tahu apa beda keduanya.
Mirza sangat ingin medianya bergabung ke Disway. Saya pun ingin. Kami bicara panjang: bagaimana caranya. Pembicaraan buntu ketika sampai pada Google: bagaimana cara menolak iklan yang hanya disukai Leong Putu itu. Tidak ada jalan keluar. Belum.
Akhirnya saya bisa bertemu ayahnya Mirza. Habis subuh. Lokasi pertemuan di sebuah kafe, agak jauh dari Rumah Aceh. Tiap pagi ia ngopi di kafe itu. Dengan para teman sebayanya: profesor ekonomi, profesor hukum, doktor sastra Arab, dan para tokoh lainnya. Yang ia masygul, sang istri tidak sempat tahu: semua jabatannya dipulihkan ketika Aburizal dan Agung Laksono rukun kembali. Keduanya setuju memilih Setya Novanto jadi ketua umum Golkar yang baru.
Mirza juga membuatkan saya janji bertemu tokoh agama di Aceh. Janji ketemunya juga di kafe. Dekat masjid sang ustad. Sehabis memberi kuliah subuh ia selalu ngopi di situ.
Subuh itu saya sudah dua kali ke kafe. Di sela ke dua kafe itu saya ke Masjid Baiturrahman. Waktu terkena tsunami hanya rusak sebagian. Masjid itu kian cantik. Halamannya diperluas. Jalan di depan masjid itu dipindah ke depan lagi. Jalan lama untuk menambah luas halaman. Lalu di halaman itu didirikan atap modern model halaman masjid Madinah.
”Payung otomatis” itu menambah keindahan masjid. Hanya saja atap itu jarang dibuka. Angin terlalu kencang.
Sore itu panitia mengajak saya rapat: persiapan seminar kedokteran keesokan harinya. Rapatnya: di kafe. Yakni kafe di seberang kafe. Saya hampir salah masuk karena di sebelah kirinya juga kafe.
Di situ saya ingin mencoba kopi yang belum pernah saya dengar namanya: kopi nira. Ternyata kopinya dicampur dengan cairan dari tangkai bunga aren.
“Halal?” tanya saya kepada mahasiswi sebelah saya.
“Kan ini belum jadi tuak,” jawabnyi.
Saya pun melakukan riset sederhana: berapa yang menyukai kopi nira itu. Wow! Lebih 50 persen.
Lalu saya hitung pengunjung kafe itu. Berapa persen wanitanya. Ternyata mayoritas. Lebih 60 persennya wanita. Semua muda. Berjilbab. Modis. Dari 40 yang saya lihat, yang cantik 45.
Jam 22.00 saya diajak makan durian. Banyak penjual durian di pinggir jalan. Yakni di depan kafe ”Ata Kopi”. Kafe baru. Terbesar di Banda Aceh. Milik Deny Syahputra.
Itu kafe terbuka. Hanya ada atap dan lantai. Seperti sebuah pujasera. Penuh. Masif. Pria. Wanita. Jam 22.00. Anak-anak muda.
Kami harus berdiri beberapa menit. Lalu ada meja yang ditinggalkan pengunjung. Kami ke meja itu. Masih kotor. Ikut membersihkannya.
Seberapa besar kafe yang saya sebut besar itu?
Saya pun berdiri: menghitung meja. Bukan kaleng-kaleng: 60 meja. Masing-masing untuk 4 orang.
Saat saya berdiri lama sambil menghitung itu pemiliknya datang. Minta foto bersama. Diikuti yang lain-lain.
Kafe ini baru dibuka malam pertama puasa lalu. Lokasi ini dulunya penjara. Kena tsunami. Rata dengan tanah. Deny menyewa lahan itu.
Lima tahun.
Saya diizinkan makan durian di meja itu. Dengan kopi hitam.
Hebatnya lagi, kafe ini buka 24 jam. Dan itu bukan satu-satunya yang besar. Ada lagi yang di dekat rumah sakit itu. Juga 24 jam.
Aceh berubah. Kota Banda Aceh ramai nyaris sepanjang malam. Aman. Sangat menyenangkan. Bersih. Rapi. Hijau. Teratur. Beda sekali dengan Medan: gersang, semrawut, dan kotor. Medan sekarang adalah Surabaya sebelum Risma.
Serambi Makkah telah pula menjadi serambi kopi. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 17 Juni 2023: Aceh Only
Mbah Mars
EMBOEN PAGI: Jika seseorang bersikap lurus terhadap uang, itu akan membantu meluruskan hampir setiap bidang lain dalam hidupnya. __ Billy Graham__
Otong Sutisna
Emboen… Aku ingin menetes dulu … Tunggu ya…. Jangan kamu dulu in…. Ataukah menetes bersama – sama .. Makasih emboen… telah bersama ku dalam suka duka …
Er Gham
Dari aspek sistem platform IT, BSI menggunakan platform Bank Syariah Mandiri (BSM). Idealnya, gunakan eks BNI Syariah. Karena lebih baik dibandingkqn BSM dan BRI Syariah. BSM Sayangnya aiatem BNI syariah masih terintegrasi dengan sistem BNI konvensional. Teknologi sistem IT BSM sangat tertinggal, kuno. Apalagi dibandingkan dengan BCA. Perbedaan teknologinya SEPERTI BUMI dan LANGIT. Kalau soal aspek syariah, sudah dijelaskan dalam artikel di atas. Selain itu, pembiayaan di BSI lebih banyak pakai sistem Akad Murabahah, jual beli. Karena masih bisa menggunakan sistem perhitungan bunga dalam sistem IT nya. Apa saja kebutuhan debitur, pakai Akad Murabahah. Saya tidak mengerti bagaimana BSI menjadi lead dalam KREDIT SINDIKASI pembangunan jalan tol. Apa akad yang digunakan sudah sesuai. Jangan jangan pakai akad murabahah. Akad murabahah atau jual beli, baru sah jika BSI telah memiliki barang sebelumnya, yang kemudian dijual kepada debitur. Kalau hanya pakai surat kuasa kepadqla debitir beli sendiri ke toko material, kok tanggal suratnya sama dengan tanggal akad jual belinya. Aspek syariah juga bisa dilihat dari aspej permodalan. Jangan ada modal dari bank konvensional. Banyak pekerjaan rumah BSI sebenarnya. Bank syariah lain juga harus bertransformasi menjadi bank syariah 100 persen. Jangan sekedar namanya saja, ada embel embel syariah. Termasuk leasing syariah, yang ikut ikutan. Tapi kalau Anda terlambat bayar angsuran, Anda tetap kena denda atau kendaraan Anda ditarik paksa.
Er Gham
Apalagi bedanya bank konvensional dan bank syariah? Foto manajemennya, bukan pakai jas dan dasi. Tapi pakai jas dan baju koko. Hehehe. Biar terlhat soleh. Kalau mau terlihat soleh, gunakan akad dengan benar. Pakai sistem perhitungan margin dengan benar. Pakai sumber permodalan dengan benar. Bukan pakai foto foto baju koko.
Er Gham
Jika tidak ada perbaikan, ke depannya, bank konvensional akan banyak buka kantor cabang di wilayah di perbatasan provinsi Aceh dengan Sunatera Utara. Atau indomaret buka toko di garis batas provinsi. Indomaret yang ada mesin mesin ATM nya. Jika perlu, pasang 5 mesin ATM di tiap toko indomaret tersebut. Atau buka layanan bank terapung yanv beroperasi di laut, di garis batas provinsi. Hehehe.
Zakaria Chen fu
Saya dari dulu memang gak percaya kalau Bank syariah itu betul-betul syar’i.namanya aja “Bank” bukan “Baitul Mal”.
Er Gham
Solusi lainnya: biarkan bank konvensional tetap buka di Aceh. Namun hanya melayani tabungan tanpa bunga (field di sistem, kolom bunga diisi 0), jasa transfer, jasa penyewaan safe deposit box. Arau jasa jasa lain sepanjang sesuai syariah. Tidak boleh memberikan kredit. Namun konsekuensinya, biaya administrasi bulanan akan besar. Ini bisa disubsidi oleh pemdanya, seperti subsidi harga tiket pesawar perintis di pedalaman Papua. Ini agar kantor kantor cabang bank konvensional tersebut tetap dapat beroperasi.
Riyono ,SKP
Sebagaimana musim ,usai musim semi berlanjut ke musim panas. Makanya film semi ya ujung-ujungnya panas juga. O.Begitu ceritanya.
Agus Suryono
MENGAPA CHDI HARI INI TANPA KOMENTAR..? Jelas saya tidak tahu. Yang tahu mungkin hanya Abah DIS dan Admin DISWAY. Tetapi pada tahun 2019 Abah DIS pernah menulis: “Ya sudah. Saya tidak akan lagi membanggakan bisa tiap hari menulis DI’s Way”. “Saya ganti justru bangga pada Anda: kok mau-maunya baca DISWAY. Tiap hari. Tanpa absen..” Kalau ini saya yang menambahkan: “Kok mau-maunya, Anda tiap hari membaca DISWAY, dan menuliskan komentar. Tiap hari. Tanpa absen”. Jawabannya pasti bermacam-macam. Mungkin ada yang menjawab: “Kami kecanduan. Kecanduan baca. Dan kecanduan komen..” Sedangkan mengapa hari ini DISWAY tanpa komen, jawabnya mungkin adalah: 1). Abah DIS belum sempat memilih komentar pilihan. 2). Abah sudah memilih komentar pilihan, tetapi belum terkomunikasikan ke Admin. 3). Semuanya sudah OK, hanya “belum sudah” di upload. Nanti juga akan disusulkan. Sekitar jam 06.00 nanti.. ###Yah, semua terserah Admin.. He he.. Iseng-iseng Tidak Berhadiah..
Er Gham
Pemberian kredit syariah atau disebut pembiayaan di bank syariah pasti didominasi oleh akad murabahah, yaitu akad jual beli. Ada akad lain, seperti akad musyarakah atau mudharabah, yang keduanya didasarkan pada kesepakatan bagi hasil, namun sangat jarang. Mengapa? Karena sistem IT yang digunakan adalah eks sistem di bank konvensional. Hanya akad murabahah yang masih bisa diadopsi dengan metode kredit di bank konbensional.
Jo Neka
Usulan ini jua tidak menjawab pertanyaan.Apakah bank syariah murni syariah.Kata ilmuwan.Kemurnian emas di uji dalam dapur api.Kemurnian bank syariah di uji di mana?
Agus Suryono
USULAN KANUN.. PERTIMBANGAN. Karena di Aceh ada juga yang tidak beragama Islam. MAKA USULANNYA. Tetap harus ada bank umum di Aceh. DENGAN KETENTUAN. Warga yang beragama Iskam, wajib hanya berurusan dengan bank syariah. Sedangkan yang bukan Islam, boleh pakai bank umum. Tapi pakai bank syariah, juga boleh. Dengan catatan, dianjurkan bank syariah yang juga punya bank umum: Menyiapkan link database bank syariah – dengan database bank umum, untuk digunakan pada saat darurat, misal ada serangan siber di database syariahnya. Atau sebaliknya. ###Mohon dipertimbangkan. Sapa tau OK.
Beny Arifin
Orang menikah dan zina bedanya juga cuma di akad Pak. Jadi tidak bisa kita meremehkan akad.
Fa Za
Dari persepktif nasabah, bank konvensional dan bank syariah sama saja. Namun dari persepktif akad jelas berbeda. Bank konvensional hanya mnggunakan satu akad, utang, utk keperluan apapun. Bank syariah menggunakan banyak akad, jika nasabah memerlukan modal usaha, bank akan mengarahkan ke akad mudharabah atau musyarakah, jika memerlukan uang utk membeli barang (kredit mobil atau rumah) bank mengarahkan ke akad murabahah atau sejenisnya. Jadi prinsip syariah hanya menegaskan bahwa perjanjian harus jelas (jelas akadnya, jelas bagi hasilnya, yg disepakati di awal).
Iqbal Safirul Barqi
Mohon maaf jika saya salah. Sepaham say, semua bisnis yang ada embel2 syariah: bank syariah, asuransi syariah, kartu kredit syariah, dsb. Semuanya punya sistem sama persis dengan yang konvensional. Perbedaan hanya nama dan bahasa. Perjanjian menjadi akad. Bunga menjadi bagi hasil. Dan lain-lain. Saya juga bingung, sesuatu yang tidak syariah serta merta bisa menjadi syariah sesederhana merubah bahasa. Kalau mau syariah benar, perbankan dilarang, lantas siapa yang rela kasi utang usaha? Dengan bagi hasil dan resiko bagi rugi. Silakan dipikirkan bersama2.
Liáng – βιολί ζήτα
Pak Er Gham, Saya setuju, perekrutan pegawai semestinya berdasarkan ke-profesionalisme-an-nya. Kebetulan, saya mengetahui sosok dibalik “Technology Department” Bank Islam Brunei Darussalam (hasil merger antara Bank Islam Brunei dan Bank Pembangunan Islam Brunei), yakni Matthew Yun.
Er Gham
Di kampung kampung, ada bank syariah duduk atau sila. Nasabahnya emak emak. Emak emak dalam satu grup tetanggaan, misal 1 grup 10 orang emak emak. Dikasih pinjam uang 2 juta atau 3 juta per emak emak. Buat modal usaha. Tapi pakai akad jual.beli, akad murabahah. Seolah olah uangnya buat beli barang yang akan diolah buat jualan masing masing emak itu. Jika ada yang tidak kuat bayar angsuran, semua member grup emak emak itu harus tanggung renteng. Tanggung jawab bersama. Saya tidak tahu, apakah ini sudah sesuai syariah atau belum. Karena sulit mengawasi penggunaan uang yang diberikan oleh petugas bank nya. Misal buat beli tepung dan minyak goreng, tapi dipakai untuk bayar uang sekolah anaknya. Atau bapaknya minta dibelikan rokok 1 slop. Kemudian, apakah ada proses top up juga jika angsuran sudah berlangsung 6 bulan atau 1 tahun, padahal usaha si emak belum berkembang. Yang penting di top up saja. Porto kredit banknya di laporan keuangaan akan bertambah terus jika banyak yang top up walaupun jumlah nasabah tetap. Ini harus diawasi juga dewan syatriah MUI.
Jo Neka
Hahahaa sudah tahun 2023..Masih membahas Bank Syariah.Dan mempertanyakan keMURNIANnya.Memangnya uang itu berputar di satu tempat saja?Dan masuk di satu tempat saja.Uang itu berkeliaran di tempat ibadah dan tempat maksiat.Itu saja.Anda sudah tahu.
Leong Putu
Bekas HP saya selalu ta pigora, Cak… Buat kenang kenangan… Mulai dari Eriksen, Siemens sampai nokia sejuta umat masih ada…. … Maklum, ada kenangannya sendiri sendiri… #ingat mantan
Leong Putu
Burung terbang tinggi /
Pesawat terbangnya lebih tinggi /
Jangan berhayal terlalu tinggi /
Tetiba saja engkau merugi /
… 365_mantun pesawat
Otong Sutisna
Burung nya belum nikah, coba kalau sudah …. contohnya @LP, … burung nya jarang terbang tinggi, soalnya sudah punya sangkar…. wkwkwk
firman ilyas
PROTES ah, ke Abah… Tumben Abah kurang fair dlm menarik hubungan antara sistem syariah dg posisi aceh sebagai provinsi kedua termiskin di sumatera… Sebaiknya juga diulas profil pimpinan daerahnya, track record kapasitas manajerialnya, pemahaman aspek ekonomi, strategi pembangunan dan program kerjanya, dll.. Lebih lengkap lagi jika meminta pendapat dr ahli2 ekonomi yg ada disana, sehingga diperoleh gambaran yg lbh riil (walau scr garis besarnya) tentang kondisi permasalahan pembangunan disana.. dan tidak ujug2 menempatkan sistem syariah sebagai “tersangka” nya.. ????????????. Klo yg masalah error di BSI.. ya itu topik lain, masalah di internal BSI yg memang berdampak pada nasabahnya.. Tapi hal tsb jg tidak bisa dijadikan judgement bahwa sistem syariah (secara keseluruhan) itu lemah, shg membuat aceh jadi provinsi termiskin kedua di sumatera.
Warung Faiz
Bank2 yg berbentuk syariah rata2 bagi hasilnya memang lumayan tinggi… Kalo di hitung2 mending ke bank konvensional… Jadi sering timbul pertanyaan,syariahnya tuh di mana..
Musbi Ayu
pernah mengajukan kredit di bank syariah yg logonya warna ungu…profisinya ngeri ga bisa ditawar…auto kabur ke bank konvensional.KUR adalah solusi.kalo pas lagi bejo bisa dpt bunga 0,3%.di bank syariah mana bisa dpt bunga segitu
Beny Arifin
Mewajibkan semua bank harus syariah itu salah kaprah menurut saya. Riba itu dilarang oleh Allah tidak hanya karena mudharatnya, tapi juga sebagai bentuk test kepada manusia taat apa tidak pada perintah dan larangan Allah. Kalau masyarakat Aceh dikasih hanya satu pilihan yaitu bang syariah, lalu implementasi test nya ada dimana ? Tidak bisa dibedakan antara yang bersyariah karena taat dan yang bersyariah karena tidak punya pilihan lain.
Komentator Spesialis
Kalau ada yang bilang sistem Syariah yang ada saat ini adalah ibarat copy paste sistem perbankan konvensional, mungkin ada benarnya. Karena orang orang yang mendesain sistem syariah perbankan yang ada saat ini bukan orang yang benar benar ahli dalam ilmu syar’i muamalat kontemporer dan sistem perbankan syariah yang sesuai sunnah. Saya mengikuti kajian ilmiah rutin dari beberapa orang yang insya Allah paham akan ilmu muamalat yang Islami. Mereka seperti Dr. Erwandi Tarmizi, Dr. Muhammad Arifin Badri dan Ustadz. Ami Nur Baits. Kajian ilmiah sistem muamat syar’i mereka bisa dilihat di youtube. Dan mungkin Abah bisa mendapatkan penjelasan dari para Ustadz tsb.
Johannes Kitono
Khun Bundid. Tadi malam ketika ikut Misa di RD Ukrida oleh Romo Ino. Baru pertama kali melihat Misa dilakukan dalam dua bahasa, Indonesia dan Mandarin. Khun Bundid asal Hatyai,Thailand married sama Marga asal Nanga Silat Indonesia.Menurut Romo Ino asal Tayan yang juga hopeng akrab dan lama khun Bundid. Misa dua bahasa ini karena on line dan diikuti teman teman khun Bundid yang tersebar di dalam dan Luar negeri. Khun Bundid termasuk Ring satu di CP grup. Banyak yang menduga bahwa alm adalah family dari Dr.Sumet Jiaravanon, karena sama sama Thailand. Tapi menurut Khun Bundid yang selalu low profile. Bahwa yang benar adalah ortunya sekampung dengan Apek Chia IK Chor, papa khun Sumet owner CP Grup Indonesia.Selama berkarya di CP khun Bundid tidak pernah sombong dan membanggakan diri sebagai Ring satu. Suka bercanda, menurut Rico anakanya, teman teman yang datang ke RS ketika beliau dirawat karena CA justru dihiburnya. Lihat saja Romo Ino yang diselingan Misa khusus menyanyikan lagu Peng Yu ( Teman ) dengan suara terharu dan melinangkan air mata. Tidak seperti pesepakbola LN yang direkrut PSSI , khun Bundid total membaur.Demi cintanya sama Marga. Bersedia pindah agama dari Budha ke Katholik dan dengan nama Bernard Budi Phatracharakul. Kepada Marga, Rico, Mery dan cucu cucunya tetaplah tabah dan sedih.Now, ayah dan akong kalian sudah di Surga. Selamat jalan bro Bundid dan nanti kita pasti akan ketemu dan bercanda lagi. Krarp khun Krarp Ahia Bundid.
Pryadi Satriana
APA PUN AKADNYA, bank adalah ‘perantara’ (intermediaries) antara ‘yg meminjamkan uang’ (depositors) dan ‘yg pinjam uang’ (borrowers). Sebagai ‘perantara’, bank menyiapkan sarana ( gedung, perlengkapan operasional, dsb.), sistem, SDM, dsb. Karena bank adalah suatu bentuk kegiatan usaha (business) yg jg memerlukan modal (capital), maka HARUS MENGUNTUNGKAN, tidak sekadar ‘memungut jasa perantara’ sebagaimana ‘makelar’. Bank perlu modal (capital), jadi ndhak seperti makelar yg ‘sekadar bondo lambe’ & ‘doa anak-istri’ (termasuk ‘istri siri’ & ‘selingkuhan’, jika ada). Jadi, bank adalah ‘salah satu bentuk impor’ dari sistem kapitalisme, “menggunakan kapital demi menambah kapital.” Menambahkan kata “syariah” tidaklah mengganti fungsi dasar bank seperti di atas. Jangan terkecoh sebutan! Orang yg disebut “wong tarekat” bisa saja mendirikan PT, menunjuk Dirut-nya, menyuruhnya utang ke bank, dan ketika PT tsb. terjerat masalah utang, tinggal bilang,”Itu bukan urusan saya. Itu urusan Dirut. PT sudah ada aturan hukumnya, juga saat ada masalah utang.” Itulah masalah manusia, mengaku “beriman” tapi “hatinya mencang-mencong mengikuti nafsunya.” Semoga kita dijauhkan dari hal seperti itu. Shalom. Salam. Rahayu.