Oleh Arief Sosiawan
Pemimpin Redaksi
Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Edhy Prabowo ditangkap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sepulang dari Amerika Serikat, Rabu (25/11).
Dia ditangkap bersama 17 orang lain termasuk Iis Rosita Dewi sang istri tercinta, di Bandara Soekarno-Hatta dengan sangkaan dugaan penetapan calon eksportir benih lobster.
Berita yang tak cukup mengagetkan itu, karena bukan kali ini pejabat ditangkap oleh komisi antirasuah, sudah habis ludes disiarkan di berbagai media. Berbagai sudut pandang dikupas tuntas di rubrik-rubrik media baik media mainstream atau media sosial (medsos) tanpa menyisakan tanya.
Edhy Prabowo memang seorang menteri dari kabinet pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan wakil Presiden Ma’ruf Amin. Tapi dia juga seorang politikus, Tercatat Edhy sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gerindra. Partai yang dipimpin Prabowo Subianto.
Tak hanya itu, Edhy dikabarkan orang dekat Prabowo Subianto. Sepintas orang akan bilang,”oh…Edhy Prabowo itu orang kuat”. Sebab, Prabowo Subianto mantan calon presiden yang kini sudah masuk ke lingkaran kekuasaan di negeri ini sebagai Menteri Pertahanan.
Menghadapi kasus ini, Edhy Prabowo pun kooperatif. Pria berusia 47 tahun itu digambarkan seperti sosok yang taat hukum. Tak melawan dan “manut” saja ketika digelandang ke Kuningan, sebutan Kantor KPK, di Jakarta.
Kini Edhy Prabowo pun terkurung di jeruji besi ruang tahanan KPK. Itulah nasib pria yang memiliki tiga orang putra itu.
Wow…dari kejadian ini banyak yang menduga ada faktor politik di balik kasus ini. Bahkan, dihubung-hubungkan dengan prosesi pergantian pucuk pimpinan negara ini, yakni; pemilihan presiden 2024.
Tegasnya, ada penilaian penangkapan Edhy Prabowo untuk menghancurkan kelompok atau segolongan yang berambisi menaikkan seseorang untuk menduduki jabatan presiden. Alhasil, Edhy
Prabowo adalah seorang pion yang harus dikorbankan terlebih dulu.
Tapi sebagian ada penilaian, kasus ini murni persoalan hukum. Murni dugaan korupsi. Atau paling tidak, korelasi politik bukan menjadi dasar atau alasan atas penangkapan Edhy Prabowo. Artinya, langkah KPK kali ini benar-benar ingin disebut menegakkan hukum semata.
Nah, agar kebenaran atas kasus ini terang benderang, tentu semua harus menunggu hari esok. Tepatnya menunggu perkembangan langkah KPK yang murni, atau yang terkontaminasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
Sambil menunggu itu, tak salah jika ada sebagian masyarakat beranggapan penangkapan menteri Edhy Prabowo sejujurnya karena dirinya sudah tidak patuh lagi kepada pemimpinnya. Siapa pemimpinnya?(*)