Puasa di Tengah Deru Politik

oleh -428 Dilihat

Hari ini, Sabtu 2 April 2022, tepat 1 Ramadan 1443 H. Hari umat muslim mulai menjalankan ibadah puasa Ramadan yang berdurasi satu bulan penuh. Dua puluh sembilan hari atau kadang tiga puluh hari.

Bagi umat muslim, ibadah ini hukumnya wajib buat mereka yang baliq alias dewasa. Wanita atau pria sama hak dan kewajibannya. Hanya, wanita yang sedang haid atau datang bulan diberi keringanan libur. Itu pun harus diganti sesuai yang ditinggalkan pada hari dan bulan di luar Ramadan.

Untuk yang lanjut usia atau yang sedang menerima “hadiah” sakit permanen seperti jantung, stroke, penyakit dalam, dan lain-lain, wanita atau pria, tidak wajib menjalani ibadah ini. Mereka diberi hak atau keistimewaan boleh meninggalkan ibadah puasa Ramadan tapi tetap wajib membayar fidyah atau denda berupa membayar sesuai makanan pokok seperti beras atau makanan siap santap lainnya.

Ibadah puasa Ramadan termasuk rukun Islam. Bagi umat muslim, rukun adalah sebuah kewajiban yang harus dijalankan. Maka, tak heran setiap Ramadan tiba seluruh umat muslim sedunia merasa rugi jika melewatkan sehari pun kewajiban berpuasanya.

Ramadan juga kerap disebut bulan suci. Memiliki arti bulan yang disucikan hingga dimaknai sebagai bulan yang penuh berkah. Di dalamnya sering terlihat pemandangan indah umat muslim berbagi rezeki. Mulai dari rezeki bagi-bagi takjil atau iftor, menyiapkan makanan berbuka puasa, sedekah, zakat mal sampai ke zakat fitrah yang juga menjadi kewajiban setiap muslim secara individu di akhir Ramadan.

Tampak pula umat muslim berjemaah salat malam yang biasa disebut salat Tarawih. Tak heran masjid-masjid, musala-musala, surau-surau di muka bumi terlihat penuh sesak sekaligus terdengar nyaring dentingan suara orang berdoa serta membaca ayat-ayat suci Alquran. Sungguh indah dan damai satu bulan itu.

Alhasil, Ramadan pun sering dinilai sebagai bulan yang mendidik umat agar berbuat kebaikan. Mengajarkan umat untuk selalu bersabar. Mengedukasi umat tawaduk pada perintah-perintah agama guna meningkatkan keimanan.

Intinya, Ramadan adalah bulan di mana umat muslim diajari mampu menjadi manusia seutuhnya dengan iman yang tangguh. Sehingga pasca-Ramadan diharapkan menjadi manusia yang penuh kesabaran, jauh dari kedengkian, penuh kasih sayang, serta memiliki budi pekerti luhur.

Begitu pula bagi umat muslim Indonesia, pasti juga diharapkan demikian meski kini sedang “terjerembab” dalam gonjang-ganjing problem politik klasik isu perpanjangan waktu menjabat dan penambahan periodesasi jabatan Presiden menjadi tiga kali.

Isu ini memang sedang meninggi tensinya. Semua kalangan dibuat terperangah atas isu yang gemuruh suaranya seakan bunyi orchestra dengan dirigen lihai. Seiring, seirama, dan senada. Satu bunyi A, satu lainnya sama berbunyi A. Satu menteri menyuarakan perpanjangan periodesasi jabatan presiden, hal yang sama disuarakan partai politik pendukung pemerintah. Terakhir, pekan ini, kalangan kepala desa pun tanpa malu-malu menyuarakan periodesasi presiden menjadi tiga kali. Alhasil, situasi dan kondisi negara yang adem ayem berbalik arah berubah jadi memanas dan tampak terjadi pembelahan di tingkat rakyat. Ada pro dan ada kontra!

Yang pro tertawa-tawa. Berdalih apa pun, yang pro menganggap kepemimpinan Presiden Joko Widodo sukses menjadikan Indonesia negara yang maju, terpandang di mata internasional. Sehingga layak tiga periode atau perpanjangan waktu dengan menunda pemilihan presiden (pilpres) dua atau tiga tahun lagi sebagai berkah kehebatan Presiden Joko Widodo dalam memimpin Republik Indonesia.

Tidak demikian yang kontra. Mereka bersedih. Mereka menilai tidak ada pendidikan politik yang baik di negeri ini. Akibatnya, mereka melawan isu perpanjangan dan penambahan periodesasi jabatan presiden dan tetap bersikukuh; jabatan Presiden Indonesia harus dijalankan sesuai konstitusi tanpa dapat ditawar-tawar. Presiden harus memangku jabatan satu periode dalam lima tahun dan dapat dipilih kembali satu periode lagi.

Sengkarut ini diyakini tak akan berhenti sampai di sini atau di tahun ini saja. Sengkarut ini pasti akan terus menggelinding hingga mendekati hari H berakhirnya masa jabatan pasangan Presiden Joko Widodo dan wakil presiden Ma’ruf Amin.

Jadi, Ramadan ini bisa sebagai bulan cobaan kesabaran umat muslim Indonesia khususnya mereka yang kontra atau menolak isu perpanjangan waktu atau periodesasi Presiden RI tiga kali.(*)

 

 

 

 

 

Visited 2 times, 1 visit(s) today

No More Posts Available.

No more pages to load.