Rakyat Tak Butuh Pinokio

oleh -360 Dilihat

 

Hari-hari pada pekan ini penuh kejutan. Di ranah politik nasional, apalagi!
Hiruk-pikuk dan gemercik suara partai politik terus terdengar satu sama lain seakan hanya merekalah yang pantas menikmati “keindahan” politik.

Manuver satu partai politik dibalas partai lain. Satu partai politik ngomong dan bertindak koalisi dengan mengajak partai lain, eh… partai lain tak mau kalah dan langsung melakukan hal yang sama. Duh…
Mereka semua seakan mengklaim kalau merekalah yang pantas bicara menyongsong pemilihan presiden 2024. Klaim paling pantas menjadi penentu siapa presiden dan wakil presiden Indonesia untuk lima tahun periode berikutnya.

Alhasil, partai politik-partai politik itu terlihat menjajakan sesuatu. Sesuatu yang sejujurnya masih belum laku dijual. Bahkan layak dibilang kurang taktis dan strategis. Terbukti langkah-langkah mereka mudah dibaca, paling tidak dibaca oleh para pengamat (dan sebagian rakyat yang mengikuti) kalau jualan mereka belum bisa ditaksir seberapa tinggi harganya terhadap kepentingan rakyat seperti ramai terlihat di dunia maya.

Betapa tidak, mereka para “penjaga dan pujangga” partai politik yang konon orang kebanyakan menyebut sebagai tokoh-tokoh politik “papan atas”, lebih banyak jualan sosok bukan jualan ide, gagasan, dan program terbaik apa untuk negeri ini.

Sehingga kesan yang mencuat, semua partai politik hanya berpikir untuk memenangkan kontestasi politik pemilihan presiden dan wakil presiden saja.
Inilah gambaran nyata. Dari hari ke hari pekan ini dan pekan sebelumnya partai-partai politik yang kini bergelimang suara di parlemen, terlihat hanya bisa melakukan hal itu, hanya berpikir dan bermanuver untuk memenangkan pemilihan presiden saja!. Tak lebih!

Lantas kalau hanya itu; apa istimewanya untuk rakyat? Apa manfaatnya untuk rakyat kalau semua partai politik lebih mengedepankan sosok bukan program?
Jadi jangan salahkan rakyat kalau ada yang apatis terhadap keberadaan partai politik. Jangan nilai salah dan buruk mereka (rakyat) yang pesimis bakal mendapatkan sosok presiden dan wakil presiden tidak pro rakyat pada 2024 nanti. Bisa jadi mereka (rakyat) gak begitu percaya dengan survei-survei yang hanya menonjolkan kemenangan persentase sosok sesorang untuk menjadi presiden dan wakil presiden akibat anggapan para surveyor dibeli oleh kelompok tertentu yang berkepentingan memenangkan pemilihan presiden.

Tegasnya, gak usah dan gak perlu menunggu jawaban. Di era pandemi seperti ini rakyat tak terlalu butuh sosok presiden dan wakil presiden “boneka” partai. Apalagi sosok hasil sodoran partai politik yang bisa menyodorkan nama calon presiden dan wakil presiden hanya karena aturan Presidential Threshold (PT) 20 persen saja.(*)

Visited 1 times, 1 visit(s) today

No More Posts Available.

No more pages to load.