Sarang Penjahat Seks

oleh -270 Dilihat

Dua pekan terakhir marak berita pencabulan terhadap mahasiswi di berbagai perguruan tinggi yang dilakukan dosen atau pengajar. Aksi tak terpuji di lingkup atau kalangan pendidikan itu memang bukan sekali ini. Bukan pula terjadi hanya di satu perguruan tinggi. Hampir semua perguruan tinggi mengalaminya. Hanya belum terekspos secara masif.

Tulisan ini tidak bermaksud menghakimi nama baik dan nama besar perguruan tinggi. Apalagi terhadap perguruan tinggi tertentu. Karena, secara makro perguruan tinggi dikenal sebagai lingkungan sehat yang dijejali orang-orang cerdik, cerdas, pandai, dan intelektual.

Meski begitu, kejadian beruntun di dua perguruan tinggi negeri di Kota Surabaya dua pekan terakhir lewat sajian berita pencabulan seperti yang terekspos di media, menyingkap kekotoran moral orang-orang cerdas, cerdik, pandai, dan intelektual yang selama ini melekat dipredikat diri mereka. Alhasil, itu menjadi contoh buruk bangsa hingga menguatkan sekaligus pembuktian ada problematika sosial yang teramat sangat memalukan di dunia pendidikan negeri ini.

Tersirat dari berita berbagai media, terjadi dua pendapat berbeda. Satu sisi menegaskan bahwa pencabulan terhadap mahasiswi terjadi akibat interaksi komunikasi berlebihan antara sang dosen dan mahasiswi hingga menyiratkan sang dosen sebagai korban.

Sisi lain berkebalikan, dengan power yang dimiliki sang dosen sebagai pemilik veto pemberi nilai, memanfaatkan posisinya dengan cara menekan atau pressure agar mahasiswi bersedia memenuhi keinginan hatinya mengingat sang mahasiswi tidak memiliki bargaining untuk melawan.

Dari dua hal berbeda ini pasti memunculkan pertanyaan. Benarkah demikian? Atau relevankah aksi pencabulan dikaitkan dengan keberadaan perguruan tinggi mengingat secara umum kalangan civitas academika mengaku tidak melakukan dan bahkan menuding kasus pencabulan mahasiswi karena ulah oknum?

Atau, pencabulan terhadap mahasiswi oleh dosen dianggap bukan sebuah problem mengingat banyak perguruan tinggi terlihat cuek dan terkesan melindungi atau menutupi jika kasus memalukan ini terjadi di kampus mereka?

Sejujurnya masih banyak pertanyaan yang muncul mengingat kasus pencabulan di perguruan tinggi sejatinya tidak akan pernah surut dan hilang dari dunia kampus yang kini semakin modern dan memiliki banyak program seperti program kampus merdeka.

Paling tidak, jawaban atas terjadinya aksi pencabulan terhadap mahasiswi oleh dosen menjadi tren akibat bobroknya moral meski mereka memiliki agama dan keyakinan. Apalagi kasus yang rasanya ngeri-ngeri sedap itu tidak terbongkar. Pun juga aparat kepolisian tidak begitu mudah menanganinya, mengingat kasus seperti itu bisa dianggap sebagai delik aduan. Sehingga paling gampang ya… menimpakan kesalahan kepada sang mahasiswi.(*)

 

 

Visited 1 times, 1 visit(s) today

No More Posts Available.

No more pages to load.