BARU kali ini dua menteri pertahanan yang berseteru itu bertemu: di Singapura. Hanya bersalaman. Sempat saling tersenyum. Tidak bisa saling berbicara.
Tapi kehadiran Lloyd Austin dan Li Shangfu itu sendiri sudah memberi harapan. Maka keduanya menyita sebagian besar perhatian.
Ternyata acara Dialog Shangri-La Jumat dan Sabtu lalu itu justru seperti arena adu kekuasaan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Saling serang. Saling ejek. Harapan tadi itu ternyata masih sebatas PHP.
Di luar acara dialog sebenarnya Amerika ingin Austin bisa bertemu Li. Ngopi atau ngeteh. Mumpung sama-sama di Singapura. Satu hotel pula.
Tapi Tiongkok menolak pertemuan itu. Begitulah media di Singapura memberitakan. Meski juga sedang di Singapura tapi saya hanya bisa memantau lewat media atau lewat teman-teman dekat di sana.
Alasan penolakan Tiongkok: sebuah pertemuan bisa sukses kalau kedua belah pihak saling menghargai. Juga harus pada posisi yang setara.
Padahal status Li saat ini adalah pejabat tinggi Tiongkok yang lagi dikenakan sanksi oleh Amerika. Ibaratnya seperti posisi dan buronannya. Itu sama saja dengan orang orang lagi bicara tapi salah satunya menodongkan senjata.
Tiongkok tidak keberatan kalau hanya saling salaman. Dengan wajah yang diramah-ramahkan. Itu terjadi di jamuan makan malam di Istana Negara. Yakni menjelang pembukaan Dialog Shangri-La. Presiden Singapura Hj Halimah Jacob yang jadi tuan rumah.
Lebih dari 20 menteri pertahanan kumpul di jamuan makan malam itu. Termasuk dari Australia, Kanada, dan India. Austin dan Li tidak terlihat saling menyapa. Meja makan itu sangat besar. Satu bisikan tidak akan terdengar di kursi seberang meja. Padahal tempat duduk keduanya berseberangan di meja itu.
Dialog Shangri-La ini adalah acara tahunan. Sejak tahun 2002. Hanya absen dua kali saat Covid-19. Penyelenggaranya swasta: agar tidak terikat aturan protokoler diplomatik. Swasta dimaksud adalah satu lembaga think-thank yang awalnya dapat dukungan penuh pemerintah Singapura.
Dilog Shangri-La ini mirip acara Dialog Pertahanan Munchen di Jerman. Shangri-La sangat dipercaya manfaatnya di Asia-Pacific. Munchen sangat penting di Eropa dan sekutunya.
Karena swasta maka orang seperti Li Shangfu bisa diundang. Demikian juga Austin. Siapa tahu forum swasta justru lebih cair untuk mengatasi kebekuan.
Li Shangfu berumur 65 tahun. Ia baru jadi menteri pertahanan Maret lalu. Yakni setelah Xi Jinping terpilih kembali sebagai Presiden Tiongkok untuk periode ketiga.
Sebelum itu pun Li sudah kena sanksi Amerika. Yakni ketika ia masih menjabat pimpinan pengadaan peralatan militer Tiongkok. Ia dilarang masuk Amerika. Beberapa pejabat tinggi militer Tiongkok termasuk yang kena sanksi. Itu terkait pembelian senjata dari Rusia.
Li jenderal bintang empat yang tidak biasa. Keahlian utamanya adalah teknologi senjata ruang angkasa. Ia masuk militer sejak lulus dari ilmu pertahanan di universitas Chongqing, kota berstatus provinsi di Tiongkok tengah.
Jenderal Li sendiri lahir di Chengdu, Sichuan, tapi orang tuanya dari Jiangxi. Kampung asalnya di Jiangxi adalah di pedalaman antara Nanchang dan Guangzhou. Ia menghabiskan karir militer utamanya di Tibet. Yakni di stasiun luar angkasa di sana.
Sanksi Amerika itu tidak termasuk pergi ke mana pun. Asal tidak ke Amerika. Maka Li bisa ke Singapura. Inilah untuk kali pertama Li tampil di forum internasional sebagai menteri pertahanan.
Ketika berbicara di Dialog Shangri-La itu Li blak-blakan soal Taiwan.
“Taiwan adalah inti dari segala inti persoalan pertahanan bagi Tiongkok,” ujarnya.
Itu untuk mengingatkan Amerika bahwa Tiongkok tidak bisa diancam-ancam soal Taiwan. Misalnya dengan cara menghadirkan kapal-kapal perangnya di selat Taiwan.
Amerika memang selalu beralasan kehadiran kapal perangnya di sana hanya untuk patroli di perairan internasional.
Kata ”patroli di laut internasional” itulah yang disindir-sindir oleh Li. “Apa perlunya?” katanya. “Jangan membuat kata patroli damai untuk membangun kekuasaan di perairan,” tambahnya. “Patroli itu lebih tepat dikatakan sebagai provokasi,” katanya.
Lalu Li mengutip syair lagu rakyat Tiongkok: “Kalau yang datang itu teman baik, wajib kita suguhkan anggur terbaik. Tapi kalau yang datang itu serigala harus kami hadapi dengan senjata”.
Li menegaskan: coba, apa perlunya Amerika patroli kapal perang di selat Taiwan.
Mungkin memang sudah waktunya Amerika berterus terang: itu bukan patroli, melainkan perlindungan terhadap Taiwan dari serangan Tiongkok. Tapi bahasa seperti itu sama saja dengan perang terbuka.
Maka setiap kali ada kapal Amerika patroli di selat Taiwan, Tiongkok mengimbanginya dengan kapal perang. Plus pesawat tempur. Ketegangan terus meningkat.
Tentu usaha untuk meredakannya selalu ada. Amerika sudah 12 kali menginginkan pertemuan tingkat pejabat tinggi. Tapi Tiongkok selalu menolak. Praktis, sejak kunjungan malam-malam ketua DPR (waktu itu) Nancy Pelosi ke Taiwan tidak ada lagi kontak antar pejabat tinggi kedua negara.
Dialog Shangri-La awalnya diharapkan menjadi jembatan baru. Dialog itu bisa meredakan ketegangan. Yang muncul di panggung justru pernyataan-pernyataan tajam dari kedua menteri pertahanan.
Jenderal Austin juga memberikan sinyal bahwa Amerika akan terus meningkatkan kehadirannya di Asia Timur. Baik langsung maupun lewat koordinasi dan latihan militer sesama teman di kawasan itu. Maksudnya: Korea Selatan, Jepang, Australia, dan mungkin Filipina.
Tiongkok pun menganggap itu sebagai langkah untuk membangun semacam NATO di Asia.
Sulitnya, Amerika Serikat sendiri menghadapi Pilpres. Sulit meredakan isu di suasana menjelang Pemilu.
Bagaimana dengan orang Taiwan sendiri?
Mereka sebenarnya tidak mau perang. Mungkin hanya 10 persen yang ingin Taiwan merdeka. Sebaliknya sedikit juga yang mau Taiwan gabung ke Tiongkok. Mungkin hanya 20 persen.
Selebihnya, yang 70 persen, ingin begini-begini saja: tidak merdeka, juga tidak menjadi bagian Tiongkok.
Siapa yang diuntungkan semua itu?
Dubai!
Orang-orang kaya Rusia mengalihkan uang mereka dari Hong Kong dan Singapura ke Dubai. Orang-orang kaya Tiongkok juga mulai memindahkan simpanan mereka ke Dubai!
Uang benar-benar seperti air: akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 5 Juni 2023: Teflon Luhut
Chei Samen
Kau ingati peran Emboen Pagi, kau kenang tempoe dulu lagi, telah kau rasakan hari ini, beda amat berbanding dulu lagi, tapi ia kan tetap dingin, terkadang amat dingin kali! Sesekali, walau kadang ia tak muncul di sini, kerna kau dipagar oleh gedung tinggi, hasil kerja dan keinginan mu sendiri! Kau cermati, kau rasai! Aku juga mencermati!
Gregorius Indiarto
Pagi hari, dengan telanjang dada dan telanjang kaki, berlari-lari diantara baris tanaman ubi yang belum begitu tinggi. Awalnya kedinginan, tapi lama-lama menyenangkan. Tangan direntangkan, seolah-olah ingin meraih semua embun, embun pagi. Itulah cara kami menikmati embun pagi, dulu, dulu sekali, ketika disekitar rumah belum jadi gedung yang tinggi. Sekarang susah mencari embun pagi. Ada emboen pagi di CHDI, hampir setiap pagi, kalau tidak sulit login. #”mandilah embun pagi, biar sehat” kata bapak, dulu, duluuu sekali.
Mbah Mars
EMboEN PAgi Pilihan sulit, hidup mudah. Pilihan mudah, hidup sulit
Jo Neka
Emboen apakah engkau akan rela?Kan terganti oleh Teflon?
Echa Yeni
Baca orang hebat Terhubung lagu yg kuingat “Orang kaya mati orang miskin mati Raja-raja mati orang biasa mati” Dunia sementara Akherat selamanya. Ust.Derry Sulaiman
thamrindahlan
Tak kenal maka tak sayang. Teflon Luhut sementara menggantikan sebutan Lord Luhut. Mengubah pula untuk sementara julukan Menteri Segala Urusan menjadi Menteri Serba Bisa. Awak terkesan sikap Bang LBP nenanggapi protes atas kebijakan Beliau. “Datang ke kantor saya mari kita beradu data” Bersebab 3 periode tidak memungkinkan lagi seperti Jingping dan Erdogan maka dibuat siasat agar program kerja belum rampung bisa wasiatkan kepada Presiden 2024-2029 melalui (budaya?)cawe cawe. Wasiat program kerja apa saja yang akan diteruskan pengganti anda sudah tahu. Masalahnya apakah proja itu dalam bentuk paket. Artinya LBP tetap memiliki wewenang ngurusin hilirisasi hasil tambang agar nanti penghasilan rakyat perkapita di atas sekian dolar. Salamsalaman.
sutatosa bandung
Selama BEBERAPA TAHUN ini, abah sudah jd cebong dalam versi yg lain ya.. satu sisi anda berusaha objektif terhadap rezim identitas palsu ini, tp disisi lain anda tidak membahas kemungkinan jika penanganan sumber daya alam dalam versi jika PERUBAHAN terjadi dan akan membuat Indonesia jauh lebih baik tanpa KORUPSI KOLUSI DAN NEPOTISME yg sangat sombong dipertontonkan rezim ini
Xiaomi A1
Pada jaman Pak Harto pun kayu sudah hilirisasi, ambil contoh pabrik kayu yg berlokasi di maluku utara, kayu gelondongan diolah menjadi kayu lapis, dan turunannya seperti parket kayu. Di masa jayanya jumlah karyawan saja skitar 2000an orang didukung dgn fasilitas lengkap. Pangsa pasarnya ekspor, mayoritas dikirim ke jepang dan amerika. Kapal2 besar pengangkutnya buang jangkar 2-3 km dari pantai. Pasca 1998 perlahan bahan baku mulai sulit, sampe akhirnya pabrik kayu lapis tsb harus ditutup. Anda sudah tahu, grup induk perusahaan kayu tsb kini justru sangat sukses dalam bidang petrokimia. Salam 🙂
Kang Sabarikhlas
Wahai emboen pagi/ meski mentari meninggi/ kau slalu setia disini/ temani aku baca chdi/ …. tapi teflon..eh anu tabung elpiji/ diam diam kosongkan diri/ entah benci atau rindu benci/ kayak Abah, pak Pry lagi sehati/ ….. kopi mana…kopi..dik..
Jimmy Marta
Tentu hilirisasi yg dimaksud abah terkait amanat uu no 4/2009. UU minerba yg dalam perintahnya melarang ekspor mentah hasil tambang mineral. Dan diberi batas waktu sampai 2014. Semestinya dg uu yg sama, pt FI juga terkena kewajiban hilirisasi ini. Tp nyatanya para investor gasber, tembagapura begitu kuat. Kata abah, pengusaha selalu menunggu dan yakin akan dp dispensasi. Iya sudah, itu cerita lama. Skrg aturannya sudah diperbarui, dg uu no 3/2020. Hilirisasi bauksit di Kalimantan sudah akan segera terwujud. Dan smelternya tembaga boleh diberi injurytime lg.
Fiona Handoko
berkaitan dengan kata “cawe cawe” pasti teringat jokowi. sedangkan arti “cawe cawe” dalam bahasa jawa. bisa berkonotasi baik, yaitu ikut repot mencari solusi utk orang lain. bisa berkonotasi buruk, yaitu seolah olah sumbangsaran pada masalah orang lain, namun punya pamrih. namun kalau berkaitan dengan kata bhs jawa “meh” yang artinya hampir, nyaris. kok saya teringat komen bpk prof pry dan abah y. barangkali bpk yusuf ridho dan teman perusuh ada yang ingat komen bpk prof pry tentang kata “meh”?
Chei Samen
Jamanmu telpon terbilang Langka! Apalagi komentar langsung seperti ini! Enaknyi Di manaa?? Met siang Abang Agus! sehat selalu.Tabik.
yea aina
Duo teflon, senyatanya telah menjalankan: APBN sebagai agunan pelunasan. Ada dua cara yang sudah berlangsung. Pada jalur proyek B to B antara BUMN dan investor asing maka PMN dipilih agar APBN bisa mengalir di pendanaan proyek. Melalui BUMN karya dan KAI menjadi selang-selang pengalirnya. Kedua adalah dibentuknya SWF ala +62, dengan modal awal berasal dari APBN juga. Berlindung payung omnibuslaw, hal ini legal tanpa melanggar ketentuan. Penggalangan dana investasi ditujukan untuk sumber pendanaan investasi BUMN dan swasta yang tak memungkinkan melalui jalur PMN. Masalahnya satu saja, peminat yang mau ikut berpartisipasi sangat sedikit. Hingga pendanaan kering memang terjadi.
Pryadi Satriana
“Mahbub adalah orang NU yang langka dan melampaui zamannya. Ia pejuang yang pintar menulis. Ciri khasnya, ia menulis sekali jadi. Hasilnya alamiah dan spontan.” (Prof.Dr. KH. Chatibul Umam, pakar sastra dan sahabat karib Mahbub). Dahlan Iskan mengagumi – dan bahkan “mendewakan” Goenawan Mohamad, yang justru malah “punya kecemburuan” (pada kepiawaian menulis) Mahbub Djunaidi. Jadi, di atas “langit” masih ada “langit”. Yg bacaannya cuma selevel Dahlan Iskan sudah menganggap Dahlan itu “gimana gitu”, padahal ‘tulisan sekali jadi’-nya Dahlan “gak level” kalau dibandingkan dg Mahbub, terutama soal ‘wawasan’ (insight) dan keakuratan (accuracy) data penunjang tulisan. Satu kelebihan Dahlan: “menang bejo.” Shalom. Salam. Rahayu.
Sri Wasono Widodo
Di dunia pewayangan, cawe cawe berarti Batara Guru yang hidup di kayangan berupaya mempengaruhi kebijakan pemerintahan di Ngarcapada, yang terpolarisasi dalam dua pihak yaitu Ngastina dan Pandawa. Pandangan tentang obyektif atau tidaknya cawe cawe ini harus ditanyakan ke sang wasit yaitu Semar Bodronoyo, atau Togog, yang merupakan kakak dari Batara Guru yang mengalah dan lebih memilih hidup di Ngarcapada.
Leong Putu
Surat terbuka untuk Cak Mul. ———————————————- Cak Mul yang terhormat. Salam. Setelah saya teliti dengan cermat dalam tempo yang tidak sesingkat singkatnya, lalu saya analisis saya amati dan saya comapre dengan cermat. Setelah saya olah dengan margin eror 2%, akhirnya saya mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu saya ambil dengan sadar tanpa ada tekanan dan intimidasi siapa pun. Oh iya….saya lupa, apa ya yang saya amati itu ? Oh ya, saya ingat…. Saya amati, Anda cuma berani menyanggah komen saya saja. Membully. (Sesekali mbok ya dipuji ) Menurut saya itu tidak ADIL ! Uhuk…uhuk…uhuk… Tidak menjunjung ASAS persamaaan sesama pengkomen disway. Coba kalau berani, Anda sesekali menyanggah komennya Pak Pry atau Om Juve atau Om Key. Kalau punya nyali… Sekian surat terbuka ini saya buat. Akhir kata : eh kapan ngopi – ngopi barengnya ?
Handoko Luwanto
Berhutang adalah suatu keniscayaan, apalagi jika untuk menaikan nilai tambah suatu produk. Kelak, kenaikan nilai tambah tersebut sebagian digunakan untuk membayar hutang. Tentu sudah dihitung, perbandingan antara nilai hutang dengan potensi nilai tambah produknya. Lain cerita jika berhutang demi peningkatan konsumsi. Konsumsinya dinikmati generasi sekarang, bayarnya ditanggung generasi mendatang.
hoki wjy
se andainya di mentri pak Jokowi ada 5 orang saja yg cara kerjanya seperi Lord Luhut wah pasti Indonesia tambah maju dan hebat..
*) Dari komentar pembaca http://disway .id